Tahap sensorimotor Piaget : umur 0 – 2
tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak
mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi
obyek)
Tahap paling awal perkembangan
kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap
ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor,
intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap
lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau (mencium)
dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda
berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai
gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang
ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan
waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan
diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, mekanisme
perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi.
Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan
melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya
masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode,
yaitu:
· Periode 1 :
Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap
sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai
sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi lebih banyak
bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan
seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara
refleks.
· Periode 2 :
Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi
mulai membentuk kebiasan-kebiasaan awal. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba
dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat
diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan,
terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang
bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengadakan diferensiasi
akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi
tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai
mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala
ke sumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini
merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
· Periode 3 :
Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan
Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian
di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa
jamah (perabaan). Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali
kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang
kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget
mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal,
seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak
lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiyaan” akan arti benda itu
seakan ia mengetahuinya.
· Periode 4 :
Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan
sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui.
Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya
telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi
mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari
kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak
bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
· Periode 5 :
Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada periode ini adalah
mulainya anak mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara
mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak
dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial
and Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut
atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode
ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana
benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut
Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan
untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan
benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan
organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu
dapat dilihat secara serentak.
· Periode
Representasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir
pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak
berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi representatif.
Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian,
dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda
pada tahap ini sudah maju, representasi ini membiarkan anak untuk mencari dan
menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan dalam konsep keruangan, anak
mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk
akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Karakteristik anak yang berada
pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Berfikir
melalui perbuatan (gerak),
b.
Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia
dapat berjalan dan berbicara,
c. Belajar
mengkoordinasi akal dan geraknya,
d. Cenderung
intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
Coba
bayangkan, sejak umur 0-2 tahun saja anak sudah ’sepintar’ itu. Bagaimana
jika Ia diberikan stimulasi yang sangat baik dari orang tuanya (dan juga
orang-orang disekitarnya) hingga ia berusia lebih besar lagi?
Mari
kembangkan aspek kognitif anak! :)
TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Piaget mengemukakan empat periode kognitif yang berkembang pada manusia:- Periode I: Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
v Tahap pertama ini memiliki karakteristik ketiadaan bahasa
v Interaksi dengan lingkungan bersifat sensorimotor dan mempermasalahkan keadaan disini dan sekarang.
v Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris, segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada.
v Pada akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep object permanence.
- Periode II:Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua subtahap : subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif.
v Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage)
v Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage) ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir secara simbolis semacam itu disebut “fungsi simbolik” dan kemampuan itu mengambangkan secara cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan disain coret-coret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain.
- Egosentrisme (egocentrism)
- Animisme (animism)
v Subtahap Pemikiran Intuitif (intuitive thought subtage)
Subtahap Pemikiran Intuitif adalah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertayaan. Piaget menyebut periode waktu ini sebagai “intuitif” karena anak-anak usia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Maksudnya mereka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. suatu contoh kemampuan penalaran anak-anak kecil ialah kesulitan menaruh benda-benda ke dalam kategori- kategori yang tepat. Misalnya ketika dihadapkan pada sekumpulan objek acak yang dapat dikelompokkan bersama atas dasar dua atau lebih sifat, anak-anak praoperasional jarang dapat menggunakan sifat ini secara konsisten untuk menyortir objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat.
- Kegagalan pada tugas konservasi cairan merupakan tanda bahwa anak-anak berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif, sedangkan lulus tes ini merupakan tanda bahwa mereka berada pada tahap operasional konkret. Di dalam pandangan Piaget anak-anak praoperasional gagal menunjukkan tidak hanya konservasi cairan tetapi juga konservasi jumlah, volume, bahan, panjang, dan bidang.
- Periode III:Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
v Tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk konservasi
Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Anak-anak umumnya mencapai konservasi benda cair kira-kira pada usia 7 tahun. Ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang memasuki tahapan operasi berfikir konkret/ operasional konkret. Pada dasarnya anak-anak mencapai pengobservasian dengan menggunakan tiga argumen.
a) Anak munkin berkata, “kita tidak menambah atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama.” Ini adalah argument identitas.
b) Anak mungkin berkata, “gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama.” Ini disebut argumen kompensatif.
c) Anak mungkin berkata, “meraka masih sama karena kita bisa menuang kembali cairan itu ke tempatnya yang semuala” ini disebut argument inverse (Piaget dan Inhelder, 1966, h.98).
v Kemampuan mengelompokkan secara memadai.
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut).
v Melakukan pengurutan (dari yang kecil sampai yang besar dan sebaliknya).
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
v Proses pemikiran diarahkan kepada kejadian riil yang diamati oleh anak.
Anak dapat melakukan operasi problem yang agak komplek selama problem itu konkret dan tidak abstrak.
v Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak, walaupun anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh ujang.
- Periode IV:Tahap Operasional Formal (11- Dewasa tahun)
v Pada tahap ini anak-anak sudah dapat menghadapi situasi hipotetikal dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran anak sudah semakin logis dan canggih, sehingga mereka dapat belajar menangani problem-problem yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar