Senin, 28 Januari 2013

Enam Periode dalam Tahapan Sensorimotor Piaget



Tahap sensorimotor Piaget : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau (mencium) dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
· Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi lebih banyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
· Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan awal. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengadakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala ke sumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan  konsep benda.
· Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah (perabaan). Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiyaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
· Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
· Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada periode ini adalah mulainya anak mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda  secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
· Periode Representasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi representatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, representasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan dalam konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Karakteristik anak  yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Berfikir melalui perbuatan (gerak),
b. Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan berbicara,
c. Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya,
d. Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
Coba bayangkan, sejak umur 0-2 tahun saja anak sudah ’sepintar’ itu. Bagaimana jika Ia diberikan stimulasi yang sangat baik dari orang tuanya (dan juga orang-orang disekitarnya) hingga ia berusia lebih besar lagi?
Mari kembangkan aspek kognitif anak! :)

TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Piaget mengemukakan empat periode kognitif yang berkembang pada manusia:
  1. Periode I: Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam, dan memukul untuk menghadapi dunia yang dihadapi di depannya.
v  Tahap pertama ini memiliki karakteristik ketiadaan bahasa
v  Interaksi dengan lingkungan bersifat sensorimotor dan mempermasalahkan keadaan disini dan sekarang.
v  Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris, segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada.
v  Pada akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep object permanence.
  1. Periode II:Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak belajar berfikir menggunakan simbol-simbol, dan pencitraan batiniah. namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua subtahap : subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif.
Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage)
v  Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage) ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir secara simbolis semacam itu disebut “fungsi simbolik” dan kemampuan itu mengambangkan secara cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan disain coret-coret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain.
  • Egosentrisme (egocentrism)
Egosentrisme adalah suatu ketidak mampuan untuk membedakan antara perspektif seornag dengan perspektif orang lain.
  • Animisme (animism)
Animisme adalah keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak memiliki kualitas “semacam kehidupan” dan dapat bertindak. Anak kecil dapat memperlihatkan animisme dengan mengatakan, “pohon itu mendorong daian-kejadunnya dan daunnya jatuh” atau “trotoar itu membuatku gila; trotoar itu membuatku membuatku jatuh”. Anak kecil yang menggunakan keyakinan animism sulit membedakan kejadian-kejadian yang tepat bagi penggunaan perspektif manusia dan bukan manusia. Namun, sebagian ahli perkembangan percaya bahwa animism merupakan pengetahuan dan pemahaman yang tidak lengkap, bukan suatu konsepsi umum tentang dunia (Dolgin & Behrend, 1984).
 Subtahap Pemikiran Intuitif (intuitive thought subtage)
Subtahap Pemikiran Intuitif adalah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertayaan. Piaget menyebut periode waktu ini sebagai “intuitif” karena anak-anak usia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Maksudnya mereka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. suatu contoh kemampuan penalaran anak-anak kecil ialah kesulitan menaruh benda-benda ke dalam kategori- kategori yang tepat. Misalnya ketika dihadapkan pada sekumpulan objek acak yang dapat dikelompokkan bersama atas dasar dua atau lebih sifat, anak-anak praoperasional jarang dapat menggunakan sifat ini secara konsisten untuk menyortir objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat.
  • Kegagalan pada tugas konservasi cairan merupakan tanda bahwa anak-anak berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif, sedangkan lulus tes ini merupakan tanda bahwa mereka berada pada tahap operasional konkret. Di dalam pandangan Piaget anak-anak praoperasional gagal menunjukkan tidak hanya konservasi cairan tetapi juga konservasi jumlah, volume, bahan, panjang, dan bidang.
  1. Periode III:Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret.
v  Tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk    konservasi
Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Anak-anak umumnya mencapai konservasi benda cair kira-kira pada usia 7 tahun. Ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang memasuki tahapan operasi berfikir konkret/ operasional konkret. Pada dasarnya anak-anak mencapai pengobservasian dengan menggunakan tiga argumen.
a)      Anak munkin berkata, “kita tidak menambah atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama.” Ini adalah argument identitas.
b)      Anak mungkin berkata, “gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama.” Ini disebut argumen kompensatif.
c)      Anak mungkin berkata, “meraka masih sama karena kita bisa menuang kembali cairan itu ke tempatnya yang semuala” ini disebut argument inverse (Piaget dan Inhelder, 1966, h.98).
v  Kemampuan mengelompokkan secara memadai.
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut).
v  Melakukan pengurutan (dari yang kecil sampai yang besar dan sebaliknya).
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
v  Proses pemikiran diarahkan kepada kejadian riil yang diamati oleh anak.
 Anak dapat melakukan operasi problem yang agak komplek selama problem itu konkret dan tidak abstrak.
v  Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak, walaupun anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh ujang.
  1. Periode IV:Tahap Operasional Formal (11- Dewasa tahun)
Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berfikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotesis.
v  Pada tahap ini anak-anak sudah dapat menghadapi situasi hipotetikal dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran anak sudah semakin logis dan canggih, sehingga mereka dapat belajar menangani problem-problem yang ada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar