Minggu, 13 Januari 2013

COOPERATIVE LEARNING


BAB I
PENDAHULUAN
 
A.    LATAR BELAKANG

Dalam kegiatan pembelajaran pada dasarnya yaitu bertujuan untuk membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif dimasa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara konseptual ( model pembelajaran ) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran ( 1986 : Joyce dan Weil ).

Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran Kontekstual, Model pembelajaran Kooperatif, Model pembelajaran Quantum, model pembelajaran Terpadu, dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).

Dalam makalah ini akan secara spesifik dan lebih rinci membahas tentang Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ), dan penerapannya dalam kelas.

B.     TUJUAN PENULISAN

1.      Mengetahui Konsep Pembelajaran Kooperatif
2.      Mengetahui Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
3.      Mengetahui Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan pembelajaran Tradisional
4.      Mengetahui Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
5.      Mengetahui beberapa pembelajaran kooperatif dan perbandingan diantaranya
6.      Mengetahui pola pelaksanaan C – L di dalam kelas



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan pembelajaran ( Cooperative Learning ) adalah pendekatan pembelajaran yng berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaraan Kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( Learning Community ). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa.

Pembelajaran Kooperatif dapat membentuk siswa memiliki ketrampilan sosial yang tinggi, dapat mengembangkan sikap demokratis, dan terampil berfikir logis.

B.     Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didalamnya ada beberapa elemen – elemen yang saling terkait. Elemen – elemen pembelajaran Kooperatif menurut Lie ( 2004 ) yaitu :
1.      Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
Saling ketergantungan dapat dicapai melalui  :
a.       Saling ketergantungan mencapai tujuan
b.      Saling ketergantungan menyelesaikan tugas
c.       Saling ketergantungan bahan atau sumber
d.      Saling ketergantungan peran
e.       Saling ketergantungan hadiah.


2.      Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa untuk saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
3.      Akuntabilitas Individu
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.Penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pengajaran secara individual. Nilai kelompok didasarkan atas rata – rata hasil belajar semua anggotanya.  Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata – rata penguasaan semua anggot kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

C.     PERBEDAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PEMBELAJARAN TRADISIONAL

Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Diantaranya sebagai berikut :

KELOMPOK BELAJAR KOOPERATIF
KELOMPOK BELAJAR TRADISIONAL
1.
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
2.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas – tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota lainnya hanya enak – enakan saja di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong.
3.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen
4.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing – masing.
5
Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.
6
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
7.
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
8.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal ( hubungan antar pribadi yang saling menghargai )
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

D.    KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
1.      Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2.      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan
3.      Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
4.      Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen
5.      Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
6.      Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa
7.      Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
8.      Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9.      Meningkatkan kemampuan memangdang masalah dan situasi berbagai perspektif
10.  Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
11.  Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

E.     MACAM – MACAM TIPE MODEL COOPERATIVE LEARNING
Diantaranya yaitu :

1.      Role Playing
2.      Problem Based Instruction ( PBI )
3.      Course Review Horay ( BINGO )
4.      Mind Mapping ( Peta Pikiran )
5.      Change of pairs ( tukar pasangan )
6.      Debate
7.      Group Investigation
8.      Group to arround ( keliling kelompok )
9.      Snowball throwing
10.  Student Teams Achievement Divisions ( STAD )
11.  Team Game Tournament ( TGT )
12.  Jigsaw


Dari beberapa macam tipe model diatas penulis menjabarkan 3 metode dalam pembelajarkan kooperatif tersebut sebagai contoh, yaitu :

1.      Metode STAD ( Student Teams Achievement Divisions )
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Langkahnya :
1.      Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah )
2.      Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
3.      Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4.      Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau  memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standart tertentu.

Dari paparan langkah – langkah diatas dapat diambil garis besar bahwa metode STAD ada beberapa fase, yaitu :

Fase 1   : Guru presentsi di depan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran
Fase 2  : Guru membentuk kelompok
Fase 3  : Bekerja dalam kelompok
Fase 4  : Scafolding => guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas
Fase 5  : Validation => Guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok
Fase 6  : Quizzes => Guru mengadakan kuis secara individual
Fase 7 : Penghargaan kelompok
Fase 8  : Evaluasi oleh guru

2.      METODE JIGSAW
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan – kawan.
Langkah – langkahnya :
1.      Kelas dibagi menjadi beberapa bagian Tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen
2.      Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3.      Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar ( expert group )
4.      Selanjutny para siswa yng berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams ) untuk mengajar anggota lainnya mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5.      Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.


Dari paparan langkah – langkah diatas dapat diambil garis besar bahwa metode JIGSAW ada beberapa fase, yaitu :

                        Fase 1  : Presentation oleh guru, menyampaikan tujuan pembelajaran
                        Fase 2  : Pembagian Kelompok
Fase 3  : Pembagian Expert, masing – masing kelompok mengirimkan wakilnya di tiap expert
                        Fase 4  : Team report Presentasi oleh tim expert ( di kelompok )
                        Fase 5  : Validation oleh guru
                        Fase 6  : Quizzes
                        Fase 7  : Team recognition ( penghargaan tim )
                        Fase 8  : Evaluasi oleh guru

C.     METODE GI ( Group Investigation )

Dasar – dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan – kawan.
Dibandingkan dengan metode STAD dan JIGSAW metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk kemampuan yang lebih baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses memiliki kelompok ( group proses skills ). Para guru menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 hingga 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Deskripsi mengenai langkah – langkah metode GI adalah sebagai berikut :
1.      Seleksi Topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah umum yang biasanyaa digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok – kelompok yang berorientasi pada tugas ( task oriented group ) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok bersifat heterogen.
2.      Merencanakan Kerja Sama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih seperti langkah diatas.
3.      Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4.      Analisis dan sintetis
Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas
5.      Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai prespektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
6.      Evaluasi selanjutnya
Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.

Adapun sintaks ( pola keseluruhan alur kegiatan ) dari model pengajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
NO
TAHAP
PERAN GURU
1.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
2.
Menyajikan informasi
Guru menginformasikan pengetahuan kepada siswa dengan demonstrasi atau bahan bacaan
3.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar
guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok – kelompok belajar
4.
Membimbing kelompok agar belajar dan bekerja
Guru membimbing kelompok – kelompok belajar saat menyelesaikan tugas.
 5.
Evaluasi
Guru membimbing siswa dalam mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan cara mempresentasikan hasil kerjanya.
6.
Memberikan Penghargaan
Guru memberikan penghargaan dari hasil kerja maupun usaha siswa baik kelompok maupun individu.


Berikut beberapa variasi model pembelajaran pada mata pelajaran matematika:
1.      Pada Materi Untung dan Rugi, Aritmatika Sosial
·         Seorang guru memberikan tugas kepada kelompok yang terdiri 3 atau 4 siswa
·         Tugas tersebut adalah mewawancarai pedagang yang telah dikenal dan mudah diwawancarai oleh siswa tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan dagangannya ( guru mendiskusikan dikelas tentang panduan umum pertanyaan – pertanyaan yang akan di ajukan kepada para pedagang )
·         Hasil wawancara tersebut dilaporkan dan dipresentasikan di kelas
·         Siswa dari kelompok lain memberikan komentar atau pertanyaan yang berkaitan dengan presentasi tersebut.
·         Pada proses pembelajaran ini, para siswa ( dan juga guru ) akan mendapat banyak pengetahuan tentang dunia perdagangan. Misalnya : berapa penghasilan, berapa keuntungan, tawar menawar dll.
Hal tersebut juga memotivasi siswa bahwa semangat mencari uang yang halal itu ternyata tidak sulit.
·         Pada evaluasi belajarpun ternyata siswa juga tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep untung, rugi, impas, harga pembelian, harga penjualan dll.
2.      Pada Materi Statistika
·         Setelah siswa di pandu tentang bagaimana mengumpulkan data dan menyajikan data ( diagram batang atau diagram lingkaran )
·         Secara berkelompok siswa diminta untuk mencari data secara bebas, kemudian menganalisa data tersebut.
·         Masing – masing kelompok menyajikan data tersebut dalam suatu diagram untuk dipajang dan didiskusikan hasilnya
·         Ternyata walaupun belum pernah diajarkan bagaimana menganalisis suatu data, siswa mampu memberi analisa dan komentar tentang suatu data yang telah diperoleh. Misalnya, pada hasil perolehan data dari suatu kelompok yang mencatat banyaknya pemakai kendaraan roda dua, ternyata pemakai kendaraan bermerek Honda melebihi merek lain. Dalam hal ini, komentar siswa antara lain : Honda lebih awet, honda lebih irit, jaminan mutunya , dll
3.      Pada Materi Bilangan Bulat yaitu tentang operasi Penjumlahan
·         Kelas tersebut dibagi dua kelompok yaitu kelompok siswa putri dan kelompok siswa putra. Setiap siswa putri mewakili bilangan Negatif satu dan setiap siswa putra mewakili bilangan positif satu.
·         Guru membahas bahwa ( - 1 ) + 1 = 0, artinya pada peragaan bila seorang siswa putri dapat bertemu dengan seorang siswa putra maka keduanya diperbolehkan duduk kembali
·         Guru memberikan contoh peragaan penjumlahan dua bilangan bulat, misalnya ( - 4 ) + 5. Untuk peragaan ini dipanggil ke depan kelas 4 siswa putri kemudian dipanggil pula 5 siswa putra. Ternyata ada 4 pasang siswa yang dapat duduk kembali dan hanya seorang siswa putra yang masih tinggal di depan kelas. Hal ini menunjukkan hasil dari (-4 )  + 5 adalah +1
·         Setelah siswa memahami bagaimana memperagakannya, guru memberikan soal yang harus diperagakan. Dengan demikian siswa dapat menentukan hasil operasi hitung penjumlahan dua bilangan bulat.
·         Guru memberikan kuis untuk menjajaki kemampuan dan pemahaman siswa tentang operasi hitung penjumlahan. Bila hasilnya memuaskan maka materi dilanjutkan ke materi berikutnya, yaitu operasi hitung pengurangan.
·         Namun bila hasilnya belum memuaskan ( tuntas ) maka guru dapat menambah soal untuk diperagakan. Siswa yang belum tuntas tidak diminta kedepan ( sebagai peraga ) tetapi sebagai pengamat sebingga dapat lebih memahami peragaan.
  

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

CL adalah strategi pembelajaran bersama – sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota antara 4 sampai 5 orang siswa. Para anggotanya bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru.
Model – model pembelajaran tersebut diatas telah dilakukan di berbagai tempat, utamanya di Amerika. Untuk di negara Indonesia, tentu saja dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Model – model tersebut tidak dapat dilaksanakan 100 % sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisi sosial, budaya, sekolah, kebijakan dan lain – lain memang berbeda. Segalanya bergantung dari keadaan kita, guru, siswa, kepala sekolah, masyarakat, dan lain – lainnya. Namun demikian, teori tersebut dapat kita gunakan sebagai rujukan dalam pembelajaran.

B.     KRITIK dan SARAN

Semoga dengan adanya pembahasan model pembelajaran Cooperative Learning diatas, pembaca khususnya Mahasiswa dan Guru dapat memahami dan bermanfaat bagi kegiatan belajar mengajar.
Penulis menyadari makalah ini masih kurang dari sempurna, sehingga saran yang membangun untuk kelengkapan makalah ini, sangatlah penulis harapkan.









DAFTAR PUSTAKA

Sugiyanto.2009.Model-model Pembelajaran Inovatif.Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru   Rayon 13 FKIP UNS Surakarta

Johnson, Elaine B. 2012. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Kaifa

Tim Guru Pemandu MGMP Matematika SMP. 2007. Materi Pemberdayaan MGMP Matematika. Wonosobo : Tim Guru Pemandu MGMP Matematika SMP

Budihardjo. 2006. Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Kurikulum 2004. Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar